Seperti Anak Ayam Yang Kehilngan Induknya



BAGAI AYAM KEHILANGAN INDUKNYA



Dalam kehidupan sehari-hari, setiap manusia mempunyai permasalahan yang dihadapi,tidak kenal usia siapapun itu. Manusia dewasa, orang tua, remaja bahkan anak-anak. Permasalahan muncul dikarenakan ada kesenjangan antara kenyataan dan kondisi ideal yang seharusnya.

Sebagai manusia dewasa kita harus bisa mencari solusinya agar permasalahan yang sedang kita hadapi ini dapat terselesaikan. Hal ini bisa dengan berbagai macam cara misalnya dengan bertanya kepada ahlinya, membaca, belajar, berdoa dsb. Seperti kasus-kasus yang sekarang ini marak terjadi di kalangan para remaja, yang notabene pada usia ini anak-anak sedang mencari dan menemukan jati dirinya. Kasus berikut ini mungkin salah satu contohnya:



Ada seorang gadis remaja kurang lebih berusia 15 tahun (klas 3 smp). Menginjak usia pra remaja ketika awal masuk sekolah SMP anak ini kelihatan ceria, banyak temanya dan lebih menonjol dari temanya dilihat dari segi fisiknya. Dia kelihatan lebih cantik dan memiliki tinggi badan yang ideal untuk anak-anak seumuran dia. Pada awalnya anak ini menjalani kegiatan di sekolah maupun dalam kehidupan keseharianya kelihatan tidak ada masalah. Masalah muncul ketika dia menyadari ternyata banyak teman-teman yang memperhatikan dan mulai berani menggoda, terutama teman-teman lelakinya. Kemudian mulailah dia berani bersolek, tebar pesona sana sini yang pada akhirnya menjadikanya belajar tidak fokus, sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan, berbohong dengan gurunya, dsb. Kondisi ini berpengaruh tehadap hasil belajar yang menurun.

Sebagai seorang yang menjadi bagian dari institusi pendidikan tersebut, saya mengambil inisiatip untuk mencari informasi yang lebih mendalam tentang kondisi anak ini. Mulailah saya mengumpulkan informasi melalui teman-teman dekatnya, para gurunya dan dari anak ini secara langsung. Ternyata anak ini sejak usia 4 tahun (TK) sudah ditinggal kedua orang tuanya merantau ke luar negeri, baru beberapa bulan ini ibunya pulang ke indonesia sedang ayahnya masih di luar negri. Jadi di usia tumbuh kembangnya anak ini hanya ditemani neneknya yang buta huruf dan nyaris tidak pernah bersama orang tuanya. Secara umum kita sudah bisa menebak kira-kira anak ini akan menjadi gadis seperti apa dengan kondisi seperti ini. Dia butuh sosok pelindung yang setiap saat bisa menjadi tempat keluh kesah, bercerita dan berbagi, sekalipun tidak bisa menggantikan fungsi kedua orang tuanya. Nampaknya dia sudah menemukan orang yang bisa sedikit menjadi tumpuan harapanya ini, hal ini terlihat sejak naik ke kelas 2 anak ini selalu diantar oleh seorang laki-laki. Pada awalnya saya mengira ini kakak kandung ataupun saudaranya, tanpa berprasangka buruk sedikitpun karena seperti kebanyakan teman teman sekolahnya juga diantar jemput oleh saudara maupun orang tuanya. Namun dalam pengamatan saya anak ini akhir-akhir ini mengalami perubahan yang sangat mencolok, dia menjadi gadis yang pemurung, prestasinya juga menurun dan suka sakit-sakitan.



 Dengan mencari informasi yang lebih intens saya mendapatkan data yang sungguh memilukan tentang keadaan anak ini, jauh diluar dugaan saya. Sungguh membuat hati ini miris, betapa kelamnya kehidupan anak-anak yang dalam tumbuh kembangnya tidak mendapatkan haknya sebagai anak, yaitu mendapatkan limpahan kasih sayang ayah bundanya, diperhatikan, dicintai, dipeluk, dicukupi kebutuhan materi dan psikisnya. Seperti layaknya sinetron kisah yg dialami anak ini, dia mendapatkan tekanan secara psikis justru dari orang yang awalnya dikira bisa menjadi pelindungnya, dia sering dipaksa memenuhi segala keinginan kekasihnya ini, dan apabila dia menolak maka sebuah ancaman yang harus dia hadapi. Pada akhirnya dia tidak bisa melepaskan diri dari jeratan kekasihnya ini dan dia selalu merasa ketakutan. Belum lagi ibunya yang diharapkan bisa menjadi tempat untuk bersandar , meluapkan keluh kesah yang dihadapi selama ini, justru menambah tekanan dan permasalahan dengan memaksakan kehendaknya. Setelah lulus SMP nanti dia tidak boleh meneruskan sekolah, harapan ibunya dia harus bekerja ikut buliknya ke luar jawa, padahal keinginan anak ini, ia ingin bisa melanjutkan sekolah seperti teman-temanya. Sungguh betapa beratnya beban anak ini, yang mestinya pada masa remaja ini dia bisa mengembangkan dirinya untuk mendapatkan pengalaman yang seluas-luasnya sebagai bekal masa depanya nanti.



Inilah salah satu contoh nyata gambaran permasalahan anak-anak jaman sekarang. Sebagai orang tua yang mempunyai tanggung jawab ini mari ambil kaca pembesar untuk bercermin. Sudahkah kita menjaga amanah yang dititipkan kepada kita? Sudahkah kita memenuhi hak-hak anak kita? Ini akan kita pertanggung jawabkan nanti dihari perhitungan. Waktu tak akan berulang mari dampingi anak-anak kita dalam tubuh kembangnya agar menjadi investasi  dunia akhirat diakhir perjalanan kehidupan ini. Mari kita persiapkan anak-anak kita menjadi generasi yang kuat, pantang menyerah, peduli , mandiri, bertanggung jawab atas dirinya sendiri, anak anak yang bisa mengantarkan kedua orang tuanya ke surga. Sudahkah kita mengajari anak-anak kita kalau suatu saat kita menghadap yang kuasa anak kita yg harus memandikan, mengkhafani, mensolati, mengubur di liang lahat dan tentu mendoakan setiap saat? Mari bapak ibu bersama-sama untuk berbenah diri. Tidak usah saling menyalahkan justru hal ini malah akan menjadi bumerang, muhassabah/ introsepeksi diri akan lebih mulia dan manfaat. Jangan sampai anak-anak kita seperti ayam yang kehilangan induknya.

Ya Allah, ampuni kami para orang tua yang tak memperdulikan amanah yang engkau titipkan, ampuni kami para guru yang belum bisa selalu mendampingi dan mengantarkan anak didik kami menjadi generasi sholih dan sholikhah.



Mengutip dari Aa Gim :”kemampuan orang tua dalam mendidik anak ada batasnya, sedangkan pintu pertolongan Allah tiada terbatas. Maka, iringi proses mendidik anak dengan banyak berdoa kepada-Nya





SELAMAT BERJUANG BAGI PARA ORANG TUA

0 komentar:

Posting Komentar